Jumat, November 23, 2012

Teologi Postmodern dan Teori Dekonstruksi


Jika Tuhan sudah mati, maka keyakinan bahwa tidak ada realitas terakhir atau kebenaran abadi menjadi suatu keharusan filosofis. Seorang tokoh yang mempercayai pada hal ini, Derrida menyimpulkan lebih lanjut bahwa kata-kata dan kalimat tidak memiliki makna yang melekat. Dia bersikeras bahwa manusia mengkonstruksi realitas melalui penggunaan bahasa. Dengan kata lain, saat kita membaca halaman ini, kita akan membangun makna sendiri dibentuk oleh budaya dan pengalaman hidup. Yang dimaksud penulis adalah dengan demikian "mendekonstruksi" atau diubah oleh pembaca. Dengan kata lain, makna penulis menjadi tawanan pembaca. Seperti Ward mengatakan, "Dekonstruksi adalah [sastra] metode membaca yang secara efektif mengubah teks terhadap diri mereka sendiri." 1

Misalnya, menurut teori Derrida dekonstruksi, Alkitab hanyalah sebuah buku yang ditulis oleh orang-orang yang terkunci dalam budaya mereka sendiri, pengalaman, dan bahasa. Dengan demikian, para penulis Alkitab menulis tentang pengalaman mereka sendiri subjektif, tidak berkomunikasi kebenaran obyektif atau kekal tentang Tuhan dan kemanusiaan. Oleh karena itu, ketika seseorang membaca Alkitab saat ini, ia membawa kotak penafsiran pribadi untuk teks. Sehingga teori dekonstruksi dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana budaya dapat membaca Alkitab dan melanjutkan ke pembantaian ras lain, sementara budaya lain membaca Alkitab rumah sakit yang sama membangun, sekolah, panti asuhan, dan tempat penampungan tunawisma.

Postmodern Theology - Teologi "Kematian Tuhan" 

Teori Derrida dekonstruksi dipengaruhi sekelompok teolog di Inggris tahun 1960. Uskup John A.T. Robinson dalam bukunya Honest to God berusaha menjelaskan apa artinya menjadi seorang Kristen dalam dunia postmodern. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai teolog "Kematian Tuhan". Menurut Graham Ward, para teolog ini 2 melihat "potensi dekonstruksi [Derrida] untuk melanjutkan proyek mereka mengumumkan akhir dari teologi [kematian Tuhan]." 3

Teolog "Kematian Tuhan" diikat ke ide Derrida bahwa kata-kata hanya mengacu kata lain dalam pengaturan tekstual dan tidak dapat digunakan untuk menggambarkan realitas eksternal seperti Tuhan. Oleh karena itu mereka menyatakan bahwa Allah bukanlah Yang Mahatinggi yang secara harfiah "di sana" di surga suatu tempat, tetapi sebaliknya kita harus berpikir tentang Tuhan sebagai "luar sana" dalam arti spiritual. Tuhan adalah "ada" ketika kita mencintai orang lain, dan ini menjadi pesan utama Kristen. Dalam pengertian ini, konsep tradisional tentang Tuhan berkuasa atas ciptaan-Nya adalah lifeless.4

Alister McGrath dalam The Twilight of Atheism berbicara tentang hubungan antara postmodernisme, ateisme, dan dekonstruksi. Dan dia mengatakan, bahwa "banyak penulis postmodern adalah ateis (setidaknya dalam arti tidak aktif percaya pada Tuhan). Gagasan dekonstruksi tampaknya menunjukkan bahwa gagasan tentang Allah harus dihilangkan dari budaya Barat sebagai permainan kekuasaan pada bagian dari gereja-gereja dan dengan kepentingan pribadi dalam kelangsungan hidupnya."5 Derrida juga seharusnya melihat bahwa kekuatan Barat, karena keyakinan mereka pada keberadaan Tuhan, pergi dari tepi menuju kekerasan. Namun, gagasan ini jauh dari dasar, three (tiga) "isme" dari abad ke-20 bertanggung jawab atas pembantaian 10 juta orang 6 (Komunisme, Nazisme, dan Fasisme) tidaksama dengan teisme dan kekristenan. Sebagai faktanya, ketiganya di dasarkan pada hal ateisme, evolusi, dan sosialisme yang sangat postmodernisme.


Sumber :
1 See Glen Ward's, Teaching Yourself Postmodernism, (Chicago, IL: McGraw-Hill, 2003), 211.
2. Besides Robinson, other "Death of God" theologians included William Hamilton, Thomas J.J. Altizer, mark C. Taylor, Robert Scharlemann, Charles Wnquist, Max Meyer, and Carl Raschke.
3. Graham Ward, "Decontructive Theology". Cited in Kevin J. Vanhoozer, ed., Postmodern Theology, (Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2003), 76.
Http://www.allaboutworldview.org/postmodern-theology-and-the-theory-of-deconstruction-faq.htm
5. A good example of "Death of God Theology" dapat ditemukan di Mark C. Taylor, "A Postmodern Theology", in Cahoone, From Modernism to Postmodernism, 435-436.
6. Alister McGrath, The Twilight of Atheism", (New York, NY: Doubleday, 2004), 227.
7. R.J. Rummel, Death By Goverment, (New Brunswick, NJ: Transaction Publishers, 1994).